Daily Archives: November 12, 2010

Hah, Tsunami Mentawai 12 Meter

Hah, Tsunami Mentawai 12 Meter
Padang – Tak disangka, gelombang tsunami yang menerjang Mentawai, Sumatera Barat mencapai tinggi 12 meter.

Informasi ini berbeda dari BMKG yang sebelumnya mencabut adanya ancaman tsunami di Mentawai. Kesimpangsiuran data yang diberikan BMKG ini kemudian mengundang kecaman sejumlah pihak, termasuk anggota DPR.

Sebab faktanya ratusan orang telah menjadi korban setelah diterjang gempa tsunami berkekuatan 7,2 skala richter. Padahal, beberapa saksi menyatakan gelombang air tsunami di kepulauan Mentawai mencapai tinggi 12 meter.

“Gelombang air laut akibat gempa mencapai 12 meter,” ungkap satu dari awak kapal Freedom III Dedek, di Padang, Kamis (28/10).

Saat kapalnya menurunkan jangkar di tengah laut untuk beristirahat, tiba-tiba gulungan ombak besar menerjang. “Ketika gulungan ombak besar menghantam kapal, para ABK cepat keluar untuk menarik jangkar.Saat menarik jangkar, gulungan ombak juga menghantam, kami kewalahan, terpaksa memutus rantai jangkar,” jelasnya.

Gulungan ombak besar tersebut menghantam kapal hingga tertarik beberapa meter ke bibir pantai, “Lalu air surut beberapa meter, namun datang lagi gulungan ombak yang menjadikan kapal maju mundur, angin ketika itu juga sangat kencang,” katanya.

Saat  ombak mencapai delapan meter, terjadi tabrakan dengan Kapal Pesiar “Southern Cross” yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari depan kapal Pesiar Freedom III.

Kapal Pesiar Freedom III menabrak dinding Kapal Pesiar Southern Cross persis dekat tabung gas yang ukuran sangat besar. Di titik itu  juga ada beberapa liter bensin dalam jerigen.

“Ledakan pun terjadi,” kata Dedek beruraikan air mata,

Kapten Kapal Pesiar Freedom III langsung mengarahkan kapal hingga lautan Samudra Hindia untuk menghindari percikan api akibat ledakan Southern Cross.

Gulungan ombak besar terjadi selama tiga jam sebelum kapal dapat bersandar kembali. “Kami kembali Resor Macaroni yang berada di Kepulauan Pagai Selatan,”kata Dedek.

Dia menambahkan, ternyata perkampungan yang ada di dekat Resort Macaroni, Kecamatan Pagai Selatan sudah rata dengan tanah.

“Kami tidak melihat lagi warga yang berada di perkampungan tersebut, pemilik meminta segera ke Kota padang untuk melakukan perbaikan kapal yang rusak,”kata Dedek.

Tempat terpisah, Ka.Pos.Pol Air Wilayah Padang, AKP.Firdaus, mengatakan Kapal Pesiar Freedom III, yang tabrakan dengan Kapal Pesiar Southern Cross, telah kembali ke Kota Padang.

“Kapal tersebut telah bersandar di Pelabuhan Bungus, Kota Padang pada Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00 WIB, dengan membawa anak buah kapal (ABK), serta penumpang Southern Cross yang selamat,” pungkasya. (ant/lik)

 


Warga Mentawai Tabu Sebutkan Nama Keluarga Meninggal

Nusantara / Jumat, 12 November 2010 09:15 WIB

Metrotvnews.com, Sikakap: Masyarakat di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, memiliki budaya lokal yang menabukan menyebut nama keluarga mereka yang telah meninggal. Kebiasaan itu menjadi kendala bagi pemerintah daerah untuk mengumpulkan data korban tsunami.

Kepala Dinas Pariwisata Mentawai Desti Seminora Sababalat saat ditemui di Posko Penanggulangan Bencana Tsunami Mentawai, Jumat (12/11), mengatakan, pihaknya kesulitan mendata nama-nama korban tsunami. “Keluarga korban tutup mulut atau mengelak bila ditanya nama keluarga mereka yang meninggal,” jelas Desti.

Menurut Desti, perlu pendekatan psikologis kepada keluarga korban. “Jadi jangan langsung ditanya nama korban, biarkan mereka bercerita dahulu dan menyampaikan keluahannya, baru setelah itu keluarga korban bisa terbuka menyebut nama keluarganya yang menjadi korban,” tambah Desti.

Padahal, kata Desti, pendataan korban dibutuhkan untuk membuat laporan selengkapnya, terkait nama, umur dan alamat. Gempa berkekuatan 7,2 SR diikuti tsunami terjadi 25 Oktober 2010. Bencana itu menyebabkan 447 korban tewas dan 57 lainnya dinyatakan hilang. Selain itu, 173 orang luka berat dan 352 orang luka ringan serta 15.355 orang mengungsi.(Ant/IKA)

 


68 Ribu Warga Mentawai Terancam Tsunami

JUM’AT, 12 NOVEMBER 2010 | 09:52 WIB

TEMPO InteraktifPadang – Sekitar 68 ribu warga di 132 dusun di Kepulauan Mentawai terancam tsunami karena tinggal di pesisir pantai di empat pulau besar di Mentawai. Bupati Mentawai Edison Saleleubaja  berencana akan memindahkan pemukiman warga di tempat yang lebih tinggi.
“Kami sedang memikirkan agar warga yang tingal di pesisir bisa direlokasi, karena itu satu-satunya jalan, kalau tetap tinggal di sana akan tetap terancam tsunami, apalagi dari perkiraan ahli akan ada gempa megatrust 8,9 scala richter lagi di Mentawai, sekarang saja setiap malam warga mengungsi karena takut tsunami,” kata Edison Saleleubaja, Jumat (12/11).

Ia mengatakan, sebenarnya pemerintah sudah membangun jalan evakuasi untuk penyelamatan bila terjadi tsunami, jalan ini sudah dibuat di dusun-dusun di pesisir Kepualaun Mentawai. Bahkan masyarakat juga sudah banyak yang membuat pondok-pondok untuk pengungsian di bukit.

“Namun tidak cukup waktu-satunya untuk lari karena tsunaminya datang cepat, 10 menit setelah gempa, warga yang menjadi korban tsunami kemarin kan juga sedang lari di terjang tsunami, jadi satu-satunya jalan memang relokasi,” kata Edison Saleleubaja.

Apalagi menurutnya, masyarakat Mentawai adalah peladang, bukan nelayan.
“Mereka di pantai berladang kelapa untuk kopra, coklat, keladi, pisang, sedangkan ke laut hanya mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,” kata Edison.

Dalam rekonstruksi dan rehabilitasi gempa Mentawai awal tahun depan, Edison berencana mengusulkan relokasi warga pesisir Mentawai.

 

FEBRIANTI